.Berita PendidikanMerdeka Belajar

Pengembangan Kurikulum Merdeka: Menyesuaikan dengan Potensi Daerah

Yogyakarta, 2 September 2023 – Upaya untuk meningkatkan kemampuan siswa di bidang literasi, numerasi, dan sains melalui kurikulum yang kontekstual terus dilakukan. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mengadakan Lokakarya Peningkatan Kapasitas Tim Pengembang Kurikulum Provinsi dan Kabupaten/Kota di Yogyakarta dari tanggal 28 Agustus hingga 1 September 2023. Tujuan dari lokakarya ini adalah memberikan pembinaan dan pendampingan kepada tim pengembang kurikulum agar dapat menerapkan kurikulum nasional dan mengembangkan kurikulum kontekstual yang sesuai dengan kehidupan di daerah masing-masing.

Salah satu contoh keberhasilan dalam pengembangan kurikulum kontekstual adalah yang dilakukan oleh Kota Payakumbuh, Sumatra Barat. Mereka telah memilih untuk menjadikan mata pelajaran kearifan lokal sebagai mata pelajaran tersendiri. Mata pelajaran ini berkaitan erat dengan industri rendang yang terkenal di daerah tersebut. Anak-anak diajak untuk melihat proses pengolahan rendang secara modern, memahami higienitas prosesnya, dan bagaimana menjaga kandungan gizi selama proses tersebut. Program “School of Rendang” (SoR) ini membawa siswa-siswa ke sentra industri rendang untuk belajar secara langsung.

Di Pekalongan, Jawa Tengah, kurikulum kontekstual dikembangkan dengan fokus pada kebencanaan. Kota Pekalongan rawan terhadap banjir rob dan memiliki masalah sampah yang signifikan. Oleh karena itu, kurikulum muatan lokal di sini mencakup edukasi tentang penanggulangan sampah, daur ulang sampah, dan strategi menghadapi banjir rob, termasuk masalah sampah yang terjadi di tempat pembuangan akhir.

Ketua Musyawarah Kerja Pengawas Sekolah (MKPS) SMK dari Provinsi Papua, Ahmad Azikin, juga mengungkapkan upaya pengembangan kurikulum kontekstual di daerahnya. Mereka berfokus pada produksi noken dan pakaian adat, termasuk mahkota, yang digunakan dalam peringatan Hari Kemerdekaan 17 Agustus. Namun, Azikin menyadari pentingnya dokumentasi kearifan lokal yang masih minim di Papua. Meskipun Papua memiliki kearifan lokal yang kaya, banyak dari informasi ini tidak terdokumentasikan secara tertulis.

Kurikulum Merdeka, yang lebih sederhana, fleksibel, dan konstekstual, telah diperkenalkan oleh Kemendikbudristek. Diharapkan bahwa tim pengembang kurikulum di daerah dapat mengembangkan kurikulum nasional secara lebih mendalam dan sesuai dengan kebutuhan setempat. Harapannya adalah agar kurikulum operasional di setiap sekolah mencerminkan konteks lokal dan kebutuhan peserta didik.

Lokakarya Peningkatan Kapasitas Tim Pengembang Kurikulum Provinsi dan Kabupaten/Kota berlangsung dengan intensitas 32 Jam Pelajaran (JP) dan melibatkan berbagai materi, termasuk pengembangan pembelajaran terdiferensiasi, perencanaan pembelajaran, pengembangan proyek profil pelajar Pancasila, dan pengembangan solusi lokal berbasis data.

Dalam upaya menciptakan kurikulum yang lebih relevan dan bermanfaat, langkah-langkah seperti ini diharapkan akan memberikan manfaat besar bagi pendidikan di Indonesia.