.Berita Pendidikan

ChatGPT: Revolusi atau Malapetaka dalam Dunia Pendidikan???

Surabaya – Dunia pendidikan saat ini sedang menghadapi era yang penuh inovasi dengan munculnya teknologi kecerdasan buatan (AI) yang menghadirkan ChatGPT dan sistem serupa. Transformasi ini membuka pintu bagi berbagai peluang dalam pembelajaran digital, tetapi juga menimbulkan pertanyaan kritis tentang bagaimana pendidikan dapat memanfaatkan teknologi ini secara efektif dan etis.

Kemajuan teknologi kecerdasan buatan (AI) telah memperkenalkan pendekatan baru dalam pendidikan, yang paling mencolok adalah teknologi ChatGPT yang memiliki kemampuan berkomunikasi yang semakin mendekati bahasa manusia. Namun, seiring dengan potensi revolusioner yang ditawarkannya, ChatGPT juga menimbulkan pertanyaan kritis tentang peran dan dampaknya dalam dunia pendidikan.

ChatGPT, dikembangkan oleh OpenAI, adalah model bahasa AI yang mampu menjawab pertanyaan, memberikan penjelasan, dan berinteraksi dengan manusia dengan tingkat kecerdasan yang semakin tinggi. Ini telah digunakan dalam berbagai aplikasi, termasuk dalam proses pembelajaran.

Potensi Revolusioner yang menjadi daya tarik utama ChatGPT adalah kemampuannya untuk memberikan jawaban instan atas pertanyaan siswa. Ini dapat membantu siswa untuk memahami materi pelajaran lebih baik dan dengan lebih cepat. Selain itu, ChatGPT juga dapat digunakan untuk mengembangkan keterampilan menulis dan berbicara, yang merupakan aspek penting dalam pendidikan.

Dalam konteks pembelajaran jarak jauh yang semakin mendominasi pendidikan saat ini, ChatGPT juga dapat menjadi alat yang berharga untuk mendukung siswa dan guru dalam proses pembelajaran online.

“Kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) pada dasarnya dikembangkan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia karena memiliki transformational power yang luar biasa, mulai dari aspek pendidikan, kesehatan, perekonomian, kebijakan publik, governance, dan lainnya,” ujar Ketua Dewan Guru Besar Universitas Indonesia (DGB UI), Prof. Harkristuti Harkrisnowo, S.H., M.A., Ph.D. dalam webinar bertajuk “Etika Artificial Intelligence Penggunaan ChatGPT di Lingkungan Akademik”

Meskipun potensinya besar, penggunaan ChatGPT dalam pendidikan juga menimbulkan pertanyaan-pertanyaan kritis yang harus dijawab oleh pendidik dan pembuat kebijakan. Pertama, mengenai kualitas pembelajaran, apakah penggunaan ChatGPT akan menggantikan atau mengurangi kualitas interaksi manusia yang sebenarnya antara guru dan siswa? Kedua, kurikulum yang relevan, bagaimana guru dan sekolah akan mengintegrasikan teknologi ini ke dalam kurikulum yang ada? apakah kurikulum yang ada sudah cukup relevan dengan perkembangan AI? Ketiga, etika penggunaan ChatGPT, bagaimana dengan etika penggunaan siswa yang berinteraksi dengan ChatGPT, bagaimana etika penggunaan teknologi ini dalam pembelajaran?

Penggunaan ChatGPT dalam pendidikan adalah langkah signifikan dalam perubahan pendidikan global. Ini adalah saat yang penting untuk melibatkan seluruh pemangku kepentingan – guru, orang tua, siswa, dan pembuat kebijakan – dalam diskusi yang mendalam dan terbuka tentang bagaimana teknologi ini dapat digunakan dengan bijak untuk meningkatkan mutu pendidikan.

Apakah ChatGPT akan menjadi revolusi yang mengubah cara kita mendidik atau malapetaka yang mengurangi peran manusia dalam pendidikan, itu tergantung pada bagaimana kita mengelola perkembangan ini. Yang pasti, teknologi ini telah membuka pintu bagi pembelajaran yang lebih canggih dan personal, tetapi juga membawa tanggung jawab besar dalam mengelolanya.

Penting untuk diingat bahwa penggunaan ChatGPT dalam pendidikan adalah alat, dan bukan pengganti peran guru. Guru tetap memainkan peran sentral dalam mendidik siswa dan membimbing mereka dalam pembelajaran.

Kesiapan dunia pendidikan di era ChatGPT akan memainkan peran besar dalam membentuk masa depan pendidikan. Ini adalah saat yang penting untuk memastikan bahwa teknologi ini digunakan dengan bijak, etis, dan untuk kepentingan pendidikan yang lebih baik.