Pra-Kongres Kebudayaan Indonesia: Menyusun Masa Depan Kebudayaan Menuju Era Kepemimpinan Baru
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi menggelar acara pra-Kongres Kebudayaan Indonesia sebagai langkah awal menuju Kongres Kebudayaan Indonesia yang dijadwalkan pada 6-8 Oktober 2023. Acara ini, yang diadakan di Hotel Grand Kemang, Jakarta Selatan, bertujuan merumuskan pemetaan yang akan menjadi dasar kebijakan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2024-2040.
Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek, Hilmar Farid, mengungkapkan bahwa pertanyaan mendasar yang harus dijawab adalah di mana seharusnya kebudayaan ditempatkan dalam kerangka pembangunan nasional. “Kita tidak hanya menginginkan kebudayaan sebagai elemen di hulu pembangunan nasional. Saya berharap kita dapat merumuskan bagaimana menetapkan kebudayaan sebagai bagian integral dari kepentingan nasional kita. Itu adalah tugas kita saat ini,” kata Hilmar.
Tahun 2024 dianggap sebagai tahun yang krusial karena Indonesia akan menghadapi pergantian kepemimpinan dan RPJMN baru setelah RPJMN 2005-2024 selesai. Hilmar menyoroti banyaknya masalah kebudayaan yang perlu dibahas, menjadikan pra-Kongres ini sebagai wadah penting untuk menyampaikan aspirasi dan pengalaman dari berbagai pihak.
Direktur Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan Kemendikbudristek, Restu Gunawan, menyampaikan bahwa pra-Kongres diadakan secara hibrida, melibatkan 132 asosiasi/lembaga dengan total 197 peserta dari berbagai wilayah. Peserta berasal dari dewan kesenian, perguruan tinggi, dan satuan pendidikan jenjang menengah.
Kegiatan pra-Kongres melibatkan pleno awal, termasuk penjelasan umum dan pembagian kerja per komisi. Komisi dibagi menjadi tiga, melibatkan aspek Tata Kelola Infrastruktur dan Ekosistem Kebudayaan. Setiap komisi didampingi oleh fasilitator yang bertugas membantu proses diskusi.
“Dalam semangat Kongres Kebudayaan, kita bertekad untuk merancang masa depan yang lebih baik. Masalah-masalah yang belum terselesaikan akan kita diskusikan dengan semangat menata masa depan yang lebih baik,” tambah Hilmar, menggarisbawahi pentingnya kongres sebagai platform untuk merumuskan langkah-langkah kebudayaan ke depan menuju 2024 dan era kepemimpinan baru.