Ponyo, Rumah Makan Terkenal di Bandung, Menjadi Pusat Pendidikan Kuliner
Ponyo, rumah makan terkenal yang telah berdiri sejak tahun 1972, kini mengalami perkembangan pesat dengan membuka 16 cabang di seluruh Bandung, Jawa Barat. Namun, pemilik dan pengelola Ponyo tidak hanya ingin fokus pada bisnis semata, mereka juga memiliki tujuan yang lebih mulia, yaitu berkontribusi dalam dunia pendidikan.
Pada tahun 1993, Pak Dudi dan Ibu Cinta, sebagai pengelola dan pemilik Ponyo, merasa penting untuk memberikan dampak positif bagi masyarakat melalui pendidikan. Oleh karena itu, mereka mendirikan Yayasan Al Amanah, sebuah lembaga pendidikan yang tidak hanya mencari keuntungan finansial, tetapi juga menyalurkan zakat untuk pengembangan yayasan tersebut.
Dalam sebuah pertemuan dengan Tim Ditjen Vokasi Kemendikbud-Ristek di Bandung, Direktur Akademi Tata Boga Bandung (ATB), Diah Banyuni, yang juga merupakan putri dari pasangan pendiri Ponyo, menjelaskan bahwa keluarganya sangat mendukung upaya ini karena banyak anggota keluarga yang berprofesi sebagai guru. Sejak pendiriannya pada tahun 1996, Yayasan Al Amanah telah mengembangkan berbagai jenjang pendidikan, mulai dari TK, SD, SMP, SMA, hingga pendirian ATB Bandung.
ATB Bandung sendiri merupakan kampus seni kuliner pertama di Indonesia yang didirikan sejak tahun 1996. Para alumni ATB telah sukses bekerja di berbagai industri perhotelan, kapal pesiar, restoran, katering, rumah sakit, toko kue dan roti, penyuplai bahan makanan, dan kewirausahaan. Kampus ini memiliki instruktur chef yang berpengalaman di industri perhotelan dan staf pengajar yang terdiri dari para akademisi yang bersertifikasi.
Menurut Fakhrul Hilman, pimpinan LKP Amanah, ATB Bandung dan LKP Amanah menjadi favorit calon mahasiswa karena memiliki jaringan yang kuat dengan dunia usaha dan industri. Kampus ini juga fokus pada pengembangan kurikulum, program magang, dan penyaluran kerja. Banyak mahasiswa yang melakukan magang dan bekerja di hotel, restoran, dan tempat lainnya, termasuk prioritas magang dan kerja di restoran Ponyo.
Kerjasama dengan Ditjen Vokasi Kemendikbud-Ristek juga telah dilakukan, seperti penerapan Pelatihan Pendidikan Kecakapan Kerja (PKK) dan Pendidikan Ketrampilan Wirausaha (PKW). Melalui program-program ini, peserta didik mendapatkan kompetensi tambahan serta kesempatan magang di restoran Ponyo dan Hotel Aston.
Data Ditjen Vokasi menunjukkan bahwa sebagian besar lulusan program PKK dan PKW telah terserap dengan baik di dunia kerja. Sekitar 50% lulusan program PKK telah mendapatkan pekerjaan, sementara lebih dari 80% lulusan program PKW telah berhasil merintis usaha sendiri.
Di sisi lain, Direktur Politeknik Manufaktur (Polman) Bandung, M Nurdin, menjelaskan pentingnya menciptakan atmosfer belajar dan mengajar yang mendukung kesuksesan lulusan. Polman Bandung menerapkan tata tertib dan atmosfer perkuliahan yang mirip dengan iklim pabrik, sehingga mahasiswa terbiasa dengan kondisi kerja di industri. Dukungan fasilitas laboratorium praktik kerja juga menjadi salah satu upaya Polman Bandung dalam menciptakan atmosfer pendidikan yang baik.
Polman Bandung, yang awalnya bekerja sama dengan negara Swiss dan bernama Politeknik Mekanik Swiss-Institut Teknologi Bandung, memiliki sejumlah produk unggulan. Salah satunya adalah mesin Computer Numerical Control (CNC), yang merupakan sistem otomasi mesin perkakas yang dioperasikan melalui perintah yang diprogram secara abstrak. Polman Bandung berhasil menciptakan mesin CNC dengan harga terjangkau namun tetap berkualitas, sehingga menjadi alat praktik yang penting bagi mahasiswa sekolah kejuruan.
Dengan adanya upaya yang dilakukan oleh Ponyo, ATB Bandung, LKP Amanah, dan Polman Bandung, diharapkan pendidikan vokasi di Indonesia semakin berkembang dan menghasilkan lulusan yang siap bekerja di dunia usaha dan industri.