Kebangkitan Bahasa dan Pikiran: Jejak Tanda-Tanda di Indonesia
Sebuah peribahasa yang bijak menyatakan, “Bahasa Menunjukkan Bangsa.” Setiap gerakan kebangkitan selalu memiliki akar yang tumbuh dari tanda-tanda. Tanda-tanda baru ini menjadi pemandu, mengarahkan cita-cita manusia ke tujuan yang mereka impikan. Tanda-tanda ini juga menjadi pemisah antara tradisi dan inovasi, menghubungkan masa lalu dengan masa depan. Bahasa, kata-kata, dan kesusastraan adalah rumah bagi tanda-tanda ini. Tanpa tanda-tanda, yang diwakili oleh bahasa, kita tidak akan mampu mencapai kemungkinan apa pun di luar sana. Dalam kata-kata Martin Heidegger, “Language is the house of being.” Sebagai rumah bagi tanda-tanda ini, bahasa, kata-kata, dan kesusastraan menjadi fondasi kehidupan kita.
Ketika kita melihat perjuangan dan pergerakan dalam sejarah Indonesia, menjadi jelas bahwa setiap usaha untuk memajukan bangsa ini dimulai dengan perbaikan bahasa, kata-kata, dan kesusastraan. Bebenah kata, menghidupkan kembali arti kata, dan membawa perubahan melalui kata-kata adalah langkah awal yang krusial dalam setiap gerakan perubahan. Seperti yang diungkapkan oleh Partha Chatterjee dan Reynaldo Ileto, nasionalisme Indonesia tidak hanya berkaitan dengan aspek politik dan ekonomi, tetapi juga dengan semangat dan daya ungkap yang dinyalakan oleh puisi dan kekuatan kata-kata.
Pada zaman kita yang sedang berusaha mencapai tujuan besar seperti Indonesia Emas 2045, penting untuk memahami bahwa investasi dalam sumber daya manusia melalui sektor kesehatan dan pendidikan adalah kunci utama untuk mencapai tujuan tersebut, seperti yang disampaikan oleh Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia, Teguh Dartanto. Transformasi sistem dan pembiayaan kesehatan yang lebih efisien dan efektif adalah bagian integral dari rencana besar ini. Selama acara “The 8th InaHEA Biennial Scientific Meeting,” Teguh menegaskan pentingnya fokus pada pencegahan dan promosi kesehatan, bukan hanya pengobatan, dalam rangka menciptakan akses kesehatan yang berkualitas, merata, dan komprehensif di seluruh masyarakat Indonesia.
FEB UI, melalui kepemimpinan Abdillah Ahsan, berkomitmen untuk mendukung transformasi ini melalui penelitian berbasis bukti dan kolaborasi erat dengan pemangku kepentingan di bidang kesehatan. Transformasi sistem kesehatan yang dimaksud juga sejalan dengan komitmen negara-negara anggota Badan Kesehatan Dunia (WHO) untuk meningkatkan kapasitas sistem kesehatan dan mengurangi ketimpangan kesehatan baik di tingkat nasional maupun internasional.
Acara ini, yang dihadiri oleh sejumlah pemangku kepentingan di bidang kesehatan, termasuk akademisi, pelaku industri kesehatan, industri farmasi, dan pengambil kebijakan, adalah langkah awal dalam upaya meningkatkan kualitas kesehatan secara umum dan kontribusi ekonomi kesehatan untuk masyarakat Indonesia. Setelah acara ini, rencananya akan ada tindak lanjut berupa penelitian, pelatihan, dan perumusan kebijakan terkait ekonomi kesehatan dan kesehatan masyarakat secara umum, termasuk aspek seperti industri farmasi, teknologi kesehatan, dan promosi kesehatan.
Ketika kita melihat sejarah Indonesia, kita menyadari bahwa tanda-tanda perubahan selalu dimulai dengan bahasa, kata-kata, dan kesusastraan. Generasi terdahulu telah memancangkan tanda-tanda yang mengarah pada kemerdekaan Indonesia. Sekarang, tugas kita adalah menciptakan tanda-tanda baru yang akan membawa bangsa ini ke masa depan yang lebih baik. Tanpa bahasa yang kuat dan kata-kata yang bermakna, kita akan kehilangan arah dalam perjuangan kita. Bahasa adalah rumah bagi pikiran kita, dan rumah inilah yang akan membimbing kita menuju tujuan besar Indonesia Emas 2045.