Berita Kebudayaan

Ketua Komisi X DPR RI Mendorong Pemajuan Budaya Digital di Era Milenial

Ketua Komisi X DPR RI, Abdul Fikri Faqih, menyoroti perubahan signifikan dalam budaya yang dipicu oleh revolusi digital. Dalam acara bertema “Mewujudkan Pemajuan Kebudayaan di Tengah Masyarakat Digital,” yang dihadiri oleh ratusan generasi milenial dari Kota Tegal, Kabupaten Brebes, dan Tegal, Jawa Tengah, Fikri mengungkapkan bahwa kita telah hanyut jauh dalam dunia digital yang memaksa kita untuk beradaptasi.

“Budaya digital, atau digital culture, membentuk cara kita berinteraksi, berperilaku, berfikir, dan berkomunikasi dalam lingkungan berbasis teknologi informasi,” kata Fikri.

Fikri menekankan tiga aspek kunci yang dapat membangun budaya digital yang kuat. Pertama, partisipasi masyarakat dalam memberikan kontribusi untuk mencapai tujuan bersama. Kedua, bagaimana masyarakat bisa memperbaiki budaya lama agar menjadi budaya yang lebih bermanfaat. Dan ketiga, bagaimana kita bisa memanfaatkan aset digital yang ada untuk membentuk yang baru.

Fikri juga menyoroti empat pilar penting dalam pengembangan budaya digital, yaitu keterampilan digital, etika digital, budaya digital, dan keamanan digital. Semua aspek ini harus diperhatikan bersama-sama untuk memastikan perkembangan yang seimbang di era digital.

Kepala Balai Media Kebudayaan, Retno Raswaty, turut mengapresiasi dukungan dari Komisi X DPR RI dalam pengembangan pemajuan budaya. Dia mengungkapkan bahwa ada anggaran yang tidak sedikit, khususnya melalui dana Indonesiana, yang diperuntukkan bagi komunitas budaya dan pelaku budaya yang terorganisir dengan baik.

Menurut Retno, kegiatan ini menandai langkah penting di mana para pelaku dan komunitas budaya mulai bergerak bersama dengan kemajuan zaman. Mereka harus belajar bagaimana budaya bisa tetap adaptif terhadap perkembangan teknologi.

Budayawan Pantura, Atmo Tan Sidik, juga memberikan pandangannya. Menurutnya, kemajuan teknologi digitalisasi sebenarnya tidak masalah, karena itu hanyalah media atau perantara. Yang terpenting adalah bagaimana budayawan dan pelaku seni merespons dan mengikuti kemajuan teknologi digitalisasi.

Atmo juga memberikan contoh film-film dan seniman yang telah sukses berkat teknologi digital, seperti dalang almarhum Ki Enthus Susmono dan Slamet Gundono yang dikenal sebagai dalang desa, serta film Turah dan film Mbutik yang menjadi terkenal berkat teknologi digital.

Acara ini menjadi momentum penting dalam upaya menjembatani budaya tradisional dengan perkembangan teknologi digital yang begitu pesat. Dengan kerjasama dan dukungan, budaya kita dapat terus hidup dan berkembang dalam era digital ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *