Berita Kebudayaan

Gus Mus dan 19 Tokoh Bangsa Kumpul: Mengembalikan Politik ke Jalan Kebudayaan

Kediaman KH Ahmad Mustofa Bisri, atau yang akrab disapa Gus Mus, menjadi tempat berkumpulnya 19 tokoh bangsa pada hari Minggu (12/11). Mereka mengungkapkan keprihatinan mereka terhadap kondisi demokrasi di Indonesia belakangan ini. Antonius Benny Susetyo, seorang budayawan yang hadir dalam pertemuan tersebut, menyatakan bahwa kondisi krisis konstitusi dan demokrasi saat ini memerlukan tindakan segera. Gus Mus mengusulkan agar politik kembali ke jalur kebudayaan.

 

“Kami mengusulkan agar panglima politik saat ini adalah kebudayaan. Kebudayaan membawa nilai-nilai seperti integritas, kejujuran, kepantasan publik, kepatuhan pada moralitas, dan etika. Hal ini harus menjadi fondasi dalam membangun keadaban politik,” ungkap Romo Benny.

 

Pandangan saat ini menilai bahwa politik telah bergeser dari esensinya. Ketika politik hanya dipahami sebagai alat kekuasaan dan ekonomi, maka politik kehilangan esensi keadaban publik. Hal ini mengakibatkan eksploitasi terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan hilangnya martabat manusia. Keadaban politik seharusnya mengecualikan praktik politik yang menghalalkan segala cara, manipulatif, dan menciptakan ketidakharmonisan.

 

“Politik kebudayaan adalah cara untuk mengembalikan politik yang adiluhung, berdasarkan nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan,” tambahnya.

 

Romo Benny menyoroti bahwa politik saat ini telah jauh dari nilai-nilai keadaban. Terlihat dari manipulasi konstitusi yang merugikan. Konstitusi seharusnya menjadi dasar bersama yang mengikat dalam bermasyarakat. Keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang kontroversial menjadi indikasi bahwa konstitusi diabaikan. 

 

Selain itu, ia menegaskan pentingnya netralitas aparat negara. Aparat negara diingatkan untuk bersikap adil dan tidak memihak dalam upaya mencapai keadilan politik. “Netralitas memerlukan partisipasi publik untuk pengawasan. Masyarakat harus aktif dan kami berharap KPU dan Bawaslu mengawasi keluhan publik,” ujarnya.

 

Ketua Umum Network For Indonesian Democratic Society (Netfid) Indonesia, Muh. Afit Khomsani, mengapresiasi pertemuan ini. Namun, ia menegaskan bahwa pertemuan seharusnya tidak dimanfaatkan untuk mencari dukungan. “Pertemuan dengan tokoh-tokoh publik yang menyambangi guru bangsa seperti Gus Mus adalah hal positif. Namun, harapannya adalah agar pertemuan ini tidak dimaknai sebagai upaya mencari dukungan atau afirmasi publik,” pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *