Orang Tua: Menimbang Keadilan dalam Perlakuan kepada Anak-anak
Setiap orang tua pasti bertanya pada diri sendiri, “Apakah kita telah menjadi orang tua yang adil?” Pertanyaan ini, meski sederhana, mendorong kita untuk merenung, terutama bagi mereka yang memiliki lebih dari satu anak dalam satu keluarga. Fenomena perlakuan berbeda terhadap anak-anak, seringkali dikenal dengan istilah ‘anak emas,’ menjadi pembahasan yang menarik dan relevan.
Penting untuk diakui bahwa perbedaan perlakuan orang tua terhadap anak-anaknya bisa menciptakan perasaan tidak adil. Istilah “parental differential treatment” mengacu pada kondisi di mana seorang anak mendapatkan perlakuan yang berbeda dari orang tua, baik itu berupa kurangnya kasih sayang atau pemberian lebih banyak hal negatif dibandingkan saudara kandungnya (Rolan & Marceau, 2018).
Beragam alasan mendasari perilaku orang tua ini, dan salah satunya adalah budaya keluarga. Setiap keluarga memiliki norma dan nilai-nilai tertentu yang memengaruhi cara perlakuan terhadap anak-anak. Sebagai contoh, dalam budaya Tionghoa, anak laki-laki seringkali mendapatkan perhatian lebih karena dianggap sebagai pewaris marga keluarga (Zhao et al, 2021). Hal ini menciptakan ekspektasi yang tinggi terhadap anak sulung laki-laki untuk memikul tanggung jawab besar.
Namun, perbedaan perlakuan tidak hanya terkait dengan jenis kelamin dan urutan kelahiran. Faktor usia dan kepribadian anak juga turut memengaruhi. Anak yang lebih muda mungkin dianggap belum siap untuk tugas rumah tangga, sementara anak yang patuh bisa diistimewakan daripada yang dinamis dan pemberani.
Konsekuensi dari perilaku orang tua yang membedakan perlakuan dapat menciptakan masalah internal dan eksternal pada anak-anak (Luo et al, 2019). Anak yang kurang mendapatkan perhatian bisa merasa tidak berharga, sedangkan ‘anak emas’ bisa mengalami tekanan berlebihan.
Pertanyaan sederhana yang perlu kita ajukan pada diri sendiri sebagai orang tua adalah, “Adilkah saya terhadap anak-anak saya?” Merenungkan dan memahami dampak dari perlakuan berbeda dapat menjadi langkah pertama menuju keluarga yang lebih harmonis.