Berita KebudayaanBerita Pendidikan

Harmoni Moderasi Beragama Melalui Suara dan Layar Kaca

Peran musik dan film menjadi kunci utama dalam upaya penguatan nilai-nilai moderasi beragama di tengah-tengah masyarakat. Amien Suyitno, Kepala Balitbang Diklat Kementerian Agama, menyatakan bahwa musik dianggap sebagai instrumen yang lebih efektif. Dalam keterangannya pada Sabtu (6/1), Suyitno menekankan bahwa musik, dengan sifatnya yang universal, mampu menyentuh hati lintas agama, suku, dan bangsa.

 

Pada rangkaian acara Devotion Experience (Dev-X) Hari Amal Bhakti (HAB) ke-78 Kementerian Agama di JCC Senayan, Balitbang Diklat menyelenggarakan berbagai kegiatan, termasuk dialog publik, pagelaran musik, dan pemutaran film moderasi beragama. Rhoma Irama, legenda dangdut Tanah Air, menjadi pusat perhatian dalam pagelaran musik. Bakat muda Indonesia, seperti Donny Evans dan Siska Septiani, juga ikut menyumbangkan warna dalam kegiatan tersebut.

 

Rhoma Irama, di depan penonton, menyampaikan tekadnya untuk menjadikan musik sebagai media edukasi, berdakwah, dan alat untuk mempersatukan bangsa. Sejak deklarasi Soneta sebagai “The Voice of Muslim” pada 13 Oktober 1973, Rhoma Irama terus berjuang untuk mengaktualisasikan perannya sebagai pembawa pesan moderasi beragama.

 

Dalam observasi bertahun-tahun, efektivitas dakwah melalui musik semakin terbukti, seperti keikutsertaan Rhoma Irama dalam International Conference on Islam di Amerika Serikat. Pengakuan atas keberhasilannya menjadi bukti bahwa musik dapat efektif untuk berdakwah dan membentuk karakter manusia. Rhoma Irama menyoroti bahwa seni, khususnya musik, memiliki kekuatan besar untuk merusak atau membangun.

 

Melalui musik dan film, para seniman berharap masyarakat dapat lebih memahami dan mengamalkan nilai-nilai moderasi beragama, serta memperkuat keberagaman sebagai kekayaan bangsa.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *