Berita Kebudayaan

Menggali Kekayaan Spiritual di Desa Tukamasea, Maros: Ritual Tolak Bala Beppa Pitu

Hujan yang turun selalu dianggap sebagai rahmat Ilahi. Di Desa Tukamasea, Dusun Pajjaiang, Kabupaten Maros, hujan bukan sekadar kejadian alam biasa, tapi menjadi momen sakral yang diisi dengan doa dan tanda-tanda Ilahi. Saat berkunjung ke desa ini, penulis selalu disambut oleh guyuran hujan, menjadi panggilan untuk bersyukur dan merenungi ciptaan-Nya.

 

Pada 30 November 2023 lalu, hujan deras menyambut kedatangan kami di rumah Arfah, demisioner Forum Pemuda Pajjaiang. Sebuah kesempatan langka untuk menyaksikan ritual istimewa yang menjadi bagian dari pesta panen, khususnya tahap awal yang disebut Beppa Pitu.

 

Ritual Beppa Pitu adalah bentuk tradisi tolak bala masyarakat Pajjaiang sebelum memulai penanaman padi. Proses ini, dipimpin oleh seorang perempuan yang disebut Pinati, memiliki makna mendalam dalam kehidupan sehari-hari warga Pajjaiang.

 

Penulis, yang telah tiga tahun terlibat dalam riset mengenai ritual Mannampu Ase di Pajjaiang-Maros, kali ini disuguhkan dengan pengalaman baru. Beppa Pitu menjadi bagian dari rangkaian pesta panen yang terdiri dari tiga tahap, yakni Beppa Pitu, Ma’baja, dan Mannampu Ase.

 

Beppa Pitu, secara etimologi Bahasa Bugis, artinya Kue Tujuh. Namun, kata kerja Ma’Beppa Pitu lebih menggambarkan aktivitas melakukan kegiatan Beppa Pitu. Saat ritual, Pinati memimpin rangkaian doa bersama dan tolak bala, memohon keselamatan dan keberkahan untuk masa penanaman padi yang akan datang.

 

Tiba di rumah Pinati, hujan deras tak mengurangi semangat para warga. Ritual dimulai dengan pembuatan dua tompong-tompong, kerajinan bambu yang ternyata menjadi bagian penting dalam tolak bala. Tompong-tompong ini akan ditempatkan di dua titik strategis kampung, simbolis untuk melindungi bibit dan lahan penanaman padi.

 

Setelah hujan reda, para warga datang dengan membawa baki berisi penganan sembako, seperti garam, bawang merah, kue Apang, onde-onde, beras, dan Beppa Pitu. Semuanya diatur dengan rapi di halaman rumah Pinati, menciptakan pemandangan indah yang menggambarkan kekayaan tradisi kuliner.

 

Pinati, dengan khidmat, memulai ritual dengan permintaan segelas air putih dan menyalakan sulo masing-masing warga. Saat doa dimulai, keheningan terasa, hanya terdengar suara hujan dan dupa yang membubung. Tompong-tompong sebagai simbol tolak bala juga menjadi bagian penting, ditempatkan di dua titik yang strategis.

 

Pinati mengakhiri ritual dengan menyiramkan air suci ke sawah dan memberikan sulo hasil ritual kepada warga. Air suci ini dianggap sebagai obat yang bisa disiramkan ke sawah atau dibawa sebagai bekal perantau. Sisa sulo dibakar dan ditancapkan di beberapa titik kampung sebagai bentuk perlindungan.

 

Peran perempuan dalam tradisi Pajjaiang sangat penting. Pinati, tokoh spiritual perempuan, dipercayai memiliki kemujaraban dalam mendoakan keselamatan dan kedamaian kampung. Meskipun usianya sekitar 90 tahun, Mak Lobo, Pinati saat itu, menunjukkan kekuatan spiritual dan kearifan lokal yang diwariskan dari generasi ke generasi.

 

Tradisi Beppa Pitu, sebagai peristiwa kebudayaan, tidak hanya menjadi bagian dari sejarah Pajjaiang, tetapi juga membuktikan bahwa perempuan memegang peranan vital dalam budaya agraris. Lima generasi peran Pinati menentukan keberlangsungan tradisi ini, membuktikan keunikan dan keistimewaan perempuan dalam masyarakat Pajjaiang.

 

Selain sebagai ritual keagamaan, Beppa Pitu menjadi cerminan kearifan lokal yang terkandung dalam tradisi lisan masyarakat Bugis. Cerita tentang Dewi Padi, Sangiang Serri, yang melekat dalam budaya Pajjaiang, memberikan nilai etika-moral dan ekologis yang relevan dengan realitas kehidupan saat ini.

 

Pesta panen di Pajjaiang bukan sekadar rangkaian tradisi, tetapi juga perwujudan penghormatan terhadap alam dan keseimbangan ekosistem. Melalui ritual Beppa Pitu, masyarakat Pajjaiang menjaga hubungan spiritual dengan alam, menciptakan kehidupan yang harmonis, dan menghargai peran perempuan dalam merawat warisan budaya.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *