Berita Pendidikan

Kontroversi Menteri Pendidikan Prancis: Sekolah Swasta dan Tantangan Masa Depan

Amelia Oudea-Castera, Menteri Pendidikan Prancis yang baru saja dipilih, mendapati dirinya tengah berada di pusat sorotan publik terkait keputusannya menyekolahkan anak-anaknya di sekolah swasta. Kontroversi ini menjadi headline ketika Presiden Emmanuel Macron melakukan reshuffle kabinet dalam upaya me-relaunch masa jabatannya yang kedua.

 

Para kritikus menyuarakan pertanyaan seputar alasan Oudea-Castera memilih sekolah swasta bagi buah hatinya. Mereka menyebutkan bahwa satu anaknya dikirim ke sekolah swasta karena absensi guru dan kekurangan staf di sekolah umum di pusat Paris. Perselisihan semakin memanas, menciptakan dinamika pribadi dalam politik tinggi Prancis.

 

Oudea-Castera, yang menjadi salah satu pemenang utama dalam reshuffle pekan lalu, mempertahankan keputusannya dengan menyatakan bahwa keputusan tersebut diambil karena “beban jam mengajar tanpa pengganti yang serius” di sekolah umum anaknya, yang dikenal sebagai Littre. Namun, laporan terbaru menyebutkan bahwa anaknya sebenarnya tidak terkena dampak kekurangan staf di sekolah umum, melainkan keluarganya memilih sekolah swasta. Alasan tersebut disebut terkait dengan ketidaksetujuan sekolah umum untuk memindahkan anak tersebut ke kelas yang lebih tinggi.

 

Kontroversi semakin memanas dengan pembelaan Oudea-Castera yang mengatakan bahwa serangan ini merupakan upaya untuk menyerang pribadi dan menolak tudingan bahwa dia berbohong. Namun, serikat guru dan oposisi politik mengambil kesempatan ini untuk mengkritik menteri baru.

 

Guislaine David, kepala serikat guru SNUipp-FSU, menyatakan bahwa tindakan menteri tersebut adalah “kesalahan ganda,” merujuk pada karir tenisnya. Pihak berwenang mengumumkan bahwa menteri akan bertemu dengan perwakilan serikat guru untuk membahas isu ini. Beberapa pihak bahkan menuntut agar Oudea-Castera mundur dari jabatannya jika terbukti berbohong.

 

Kontroversi ini menambah ketegangan di tengah upaya Macron untuk memberikan momentum baru pada pemerintahannya. Sejak terpilih kembali pada 2022, Macron telah menghadapi tantangan kehilangan mayoritas parlementer dan perlawanan terhadap reformasi yang diusungnya. Dengan pemilihan Parlemen Eropa yang semakin mendekat, partai sayap kanan National Rally diprediksi akan menjadi pesaing serius bagi partai Renaissance Macron. Marine Le Pen menegaskan bahwa pemerintahan Macron telah gagal melakukan perbaikan signifikan terhadap kondisi sekolah umum selama tujuh tahun terakhir.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *