Berita Kebudayaan

Gelar Megah di Klenteng Hok Tek Bio Purwokerto: Guyuran Hujan Tak Hentikan Pesona Liong dan Barongsai!

Sebuah perayaan megah di Klenteng Hok Tek Bio Purwokerto berhasil mencuri perhatian meski diguyur hujan deras. Delapan pemain liong dengan penuh semangat menari di tengah guyuran air, mengundang decak kagum puluhan warga yang memadati halaman klenteng pada Pesta Rakyat Sabtu (24/2) sore.

 

Musik gendang yang menggema dari empat penabuh, mengiringi gerakan liukan tarian naga khas Tiongkok. Namun, ketika hujan semakin deras, para penabuh gendang bersama pemain liong terpaksa berhenti sejenak. Mereka berteduh ke pinggir, menunggu hujan mereda sebelum melanjutkan pertunjukan dengan barongsai Singa Timur di bawah naungan klenteng.

 

“Pesta rakyat Cap Go Meh ini menjadi acara puncak perayaan Tahun Baru Imlek 2575,” ungkap Ketua Klenteng Hok Tek Bio Purwokerto, Suryana. Dia menambahkan bahwa meskipun hujan turun dengan deras, semangat dan antusiasme masyarakat tak terhenti.

 

Puncak acara disajikan dengan makan lontong opor Cap Go Meh, sebuah tradisi yang menjadi santapan khas pada tanggal 15 Imlek 2575. Klenteng menyediakan 1.000 porsi lontong opor, lengkap dengan potongan labu siam, keripik kentang, kerupuk udang, bubuk koya, dan ayam disiram kuah santan opor yang segar.

 

“Kami ingin menciptakan kebersamaan dengan masyarakat melalui sajian lontong opor ini,” ujar Suryana. Warga yang hadir dapat menikmati santapan lezat sambil menyaksikan pertunjukan liong dan barongsai. Jenang keranjang goreng dan bubur juga disediakan sebagai kudapan manis di tengah keseruan pesta rakyat.

 

Suryana menegaskan bahwa perpaduan seni liong-barongsai dengan sajian lontong opor dan jenang keranjang mencerminkan akulturasi budaya Tionghoa dan Jawa. “Ini adalah simbol menyatunya dua etnis yang berbeda, tapi hidup berdampingan di tanah Indonesia,” katanya.

 

Sebelum pandemi COVID-19, Pesta Rakyat Cap Go Meh di Klenteng Hok Tek Bio Purwokerto selalu rutin diadakan dengan partisipasi banyak warga. Meskipun sempat vakum selama pandemi, kini keceriaan kembali memenuhi klenteng.

 

Pada petang harinya, kegiatan Cap Go Meh dilanjutkan dengan sembahyang penutupan tahun baru oleh penganut agama Konghucu. Ritual mengarak dua rupang berupa patung Kong Cho Kwan Kong dan patung Mak Cho Kwan Im di tandu khusus juga menjadi bagian dari upacara penutupan, dengan harapan menciptakan kedamaian di Banyumas.

 

Seorang penganut Konghucu bernama Se Ho menyambut baik keberagaman saat pesta rakyat. “Kami tidak ingin ada pembedaan antara orang Cina dan Jawa karena kita semua sama-sama tinggal di Indonesia. Kami juga ingin Indonesia lebih maju,” ungkap Se Ho. Perayaan ini menandai penutupan rangkaian perayaan Tahun Baru Imlek 2575, sembari menyongsong masa depan yang lebih cerah.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *