Kemendikbudristek Dorong Penguatan Kompetensi Instruktur untuk Mendukung Pengembangan SDM Unggul
Peran penting kursus dan pelatihan dalam membentuk kompetensi anak-anak Indonesia, terutama yang berusia sekolah tidak sekolah (ATS), semakin mendapat sorotan. Konsistensi pengembangan kursus dan pelatihan disoroti sebagai kunci penting dalam menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkompeten, mendukung pertumbuhan ekonomi, dan meningkatkan kualitas hidup.
Direktur Kursus dan Pelatihan, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Kemendikbudristek, Nahdiana, menyampaikan urgensi penguatan kompetensi instruktur dalam mendukung dampak positif program-program kursus dan pelatihan di masyarakat. Pernyataan ini disampaikan dalam dialog di Jakarta beberapa waktu lalu.
“Kami akan fokus pada pengembangan kompetensi peserta didik dan instruktur kursus. Kami berkomitmen membentuk mental peserta didik agar memiliki jiwa mandiri dan kreatif sebagai wirausahawan atau tenaga kerja yang kompeten. Ini akan dilakukan melalui program-program Direktorat Kursus dan Pelatihan (Ditsuslat),” ungkap Nahdiana.
Sebagai Direktur Kursus dan Pelatihan yang baru, Nahdiana memberikan apresiasi tinggi terhadap capaian positif yang telah diraih Ditsuslat, terutama dalam digitalisasi proses kerja program. Ia melihat pentingnya terus melanjutkan program-program unggulan Ditsuslat untuk terus berkontribusi pada transformasi pendidikan kursus dan pelatihan.
Peningkatan kompetensi instruktur menjadi fokus utama Ditsuslat dalam menjalankan program unggulan seperti Pendidikan Kecakapan Kerja (PKK) dan Pendidikan Kecakapan Wirausaha (PKW). Nahdiana menegaskan bahwa peningkatan kualitas instruktur adalah kunci keberhasilan agar lulusan memiliki relevansi dengan kebutuhan industri saat ini.
“Pembaruan kompetensi instruktur kita dorong agar peserta didik mendapatkan pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan. Keterampilan yang diajarkan harus tepat sasaran,” kata Nahdiana.
Program PKK dan PKW, yang kini telah dibuka sejak Januari 2024, menargetkan peserta didik usia sekolah tidak sekolah di bawah 25 tahun. Nahdiana menekankan urgensi pendidikan dan pelatihan bagi anak-anak ATS agar tetap bersaing di dunia kerja atau menjadi wirausaha mandiri.
“Kami berharap anak-anak ATS dapat dididik dan dilatih, mendapatkan keterampilan dan pendidikan karakter. Mereka harus memiliki kompetensi sesuai dengan industri dan tetap memegang nilai-nilai Pancasila,” tambah Nahdiana.
Dalam menghadapi tantangan ini, Ditsuslat terus memperkuat sinergitas antara instruktur dan mitra industri untuk mengoptimalkan program PKK dan PKW. Program-program reguler lainnya, seperti Bantuan Pemerintah untuk Ujian Kompetensi dan Penilaian Kinerja untuk LKP, juga terus diperluas untuk mencapai lebih banyak peserta didik.
Program inovatif seperti Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) dan Program Akademi Komunitas menjadi fokus Ditsuslat untuk meningkatkan akses lulusan kursus dan pelatihan ke perguruan tinggi. Nahdiana berharap program-program ini dapat membantu mencapai target 3.500 lulusan melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi hingga akhir tahun.
Pengembangan SDM yang kompeten melalui kursus dan pelatihan menjadi misi utama Ditsuslat, dan Nahdiana memastikan komitmennya untuk terus mendorong inovasi dan peningkatan dalam mendukung tujuan ini.