Berita Pendidikan

Perjuangan Guru TK Bunga Tanjung: Bangun Pondok Bambu di Hutan, Raih Sukses dengan Program Guru Penggerak

Desa Tanjung Dayang Selatan, Sumatera Selatan, menjadi saksi bisu atas perjuangan luar biasa seorang guru PAUD, Hindun (48), dalam membangun pendidikan di daerah terdepan dan terluar. Dalam upayanya mengelola “KB dan TK Bunga Tanjung,” Hindun harus berhadapan dengan tantangan besar, termasuk penolakan yang tidak mengenal kata putus asa.

 

Pondok bambu sederhana beratapkan daun rumbia di tengah Hutan Pohon Karet dan Kebun Nanas menjadi markas KB dan TK Bunga Tanjung. Dengan lahan 12 x 60 meter persegi, sekolah ini berdiri kokoh, diapit oleh kebun karet dan pemakaman umum. Jauh dari kata mewah, bangunan ini menjadi benteng pendidikan bagi anak-anak di daerah tersebut.

 

Hindun, ibu tiga anak kelahiran Tanjung Dayang, tidak menyangka perjalanan pendidikannya akan seberat ini. “Sekolah saya ada di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar. Hanya 50 meter dari kebun karet dan pemakaman. Sinyal susah, listrik sering padam. Bangunan sekolahnya seperti kandang kambing, jelek dan penuh tambalan,” ujarnya dengan nada kecewa.

 

Kisah pilu bermula beberapa bulan lalu ketika sekolahnya dilarang menggunakan bangunan kosong di area tersebut. Hindun hampir menyerah, menghadapi penolakan yang ketujuh kalinya sejak mendirikan sekolah pada 2009. Namun, suaminya memberikan dukungan luar biasa dengan membeli tanah dekat hutan karet dan pemakaman.

 

Dengan semangat baru, Hindun dan suaminya membangun pondok bambu sederhana. Bambu dan kayu diambil dari sekitar sekolah, dan hasilnya adalah bangunan sederhana yang tampak seperti kandang. Meskipun terkesan “jelek” bagi sebagian orang, Pondok Bunga Tanjung kini menjadi tempat belajar bagi 70 siswa, terbagi dalam empat rombongan belajar.

 

Keberhasilan ini tidak lepas dari keikutsertaan Hindun dalam Program Guru Penggerak. Meski awalnya mengalami kendala teknis saat mendaftar, Hindun tak menyerah. “HP saya sampai diikat karet, digantung di atas pohon besar demi mendapatkan sinyal,” kenangnya. Upayanya membuahkan hasil, dan TK Pembina Sukaraja, tempatnya mengajar, terpilih sebagai salah satu sekolah dalam program tersebut.

 

Program Guru Penggerak membawa berbagai manfaat positif bagi Hindun dan para pendidik lainnya. Lokakarya bersama selama sembilan bulan memberikan pengembangan kompetensi, meningkatkan kemampuan guru sebagai pemimpin pembelajaran yang berpusat pada murid, dan memberikan pengalaman belajar mandiri dan kelompok yang terbimbing.

 

Hindun juga menyampaikan manfaat berharga lainnya, yakni bertemu dengan guru-guru dari berbagai daerah. Para peserta program ini berasal dari seluruh Indonesia, memberikan ruang untuk bertukar informasi, pengalaman, dan ilmu secara gratis.

 

Dengan semangat dan tekad, Hindun membuktikan bahwa pendidikan bisa tumbuh di tengah keterbatasan. Pondok bambu sederhana di hutan karet menjadi simbol keberhasilan dan ketekunan seorang guru yang tak kenal menyerah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *