Berita Kebudayaan

Festival Ramadan Meriah di Jawa Tengah: Dugderan Semarang dan Dandangan Kudus Memukau Warga

Suasana meriah meramaikan beberapa daerah di Jawa Tengah menjelang bulan suci Ramadan dengan diselenggarakannya festival-festival menarik. Dua di antaranya yang mencuri perhatian adalah Festival Dugderan di Semarang dan Dandangan di Kudus.

 

Tradisi tahunan menjelang Ramadan selalu menjadi momen dinantikan oleh ribuan warga, baik dari lokal maupun luar daerah Jawa Tengah. Kota Semarang mempertahankan tradisi Dugderan yang menghadirkan ratusan pedagang, menawarkan makanan dan produk menarik. Arak-arakan menyambut bulan suci Ramadan juga menjadi daya tarik tersendiri.

 

Dugderan, yang berawal pada tahun 1882, menyajikan lebih dari sekadar pasar dan arak-arakan. Khondori, tokoh masyarakat Kauman Semarang, mengungkapkan keunikannya, “Warak Ngendog, binatang mitologis yang menjadi simbol pemersatu tiga etnis mayoritas di Semarang: Naga (Cina), Buraq (Arab), dan Kambing (Jawa).”

 

Meskipun era digital telah menggurita, mainan tradisional dari tanah liat (gerabah) seperti alat masak kecil masih tetap diminati. Festival Dugderan tahun ini diwarnai dengan arak-arakan dari Balai Kota Semarang menuju Masjid Agung Semarang pada 9 Maret, dihadiri oleh ribuan warga yang menyaksikan pawai tersebut.

 

Sementara itu, di Kabupaten Kudus, festival Dandangan telah memeriahkan suasana menjelang Ramadan sejak satu pekan lalu. Festival ini tak kalah meriah dengan Dugderan di Semarang, menampilkan sekitar 700 pedagang dari berbagai daerah. Tradisi Dandangan sendiri yang berasal dari kata “Dang” (bunyi bedug) atau bisa diartikan sebagai ajakan, telah berlangsung sejak tahun 1549 Masehi.

 

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kudus, Mutrikah, menyebutkan bahwa Dandangan tahun ini diselenggarakan secara meriah dengan melibatkan 17 kelompok seni, termasuk barongan, seni musik, dan tari. “Pementasan dilaksanakan setiap hari, bahkan ribuan orang menghadiri pasar malam di sepanjang Jalan Menara Kudus, menggerakkan roda ekonomi daerah,” ujar Mutrikah.

 

Festival-festival ini tidak hanya mempertahankan tradisi, tetapi juga memberikan warna baru dan semangat kebersamaan di tengah-tengah masyarakat Jawa Tengah menjelang bulan Ramadan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *