Berita KebudayaanBerita Pendidikan

Pesta Sastra: Peringatan 100 Tahun A.A. Navis Bergaung di Seluruh Penjuru Tanah Air

Momentum bersejarah mewarnai dunia sastra Indonesia dengan penetapan Peringatan 100 Tahun A.A. Navis oleh UNESCO pada akhir tahun 2023. Menyongsong momen yang begitu istimewa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa menggelar serangkaian acara megah bertajuk “Robohnya Surau Kami dan Bangkitnya Sastra Indonesia.”

 

Rangkaian acara yang akan merambah 30 wilayah Balai dan Kantor Bahasa di seluruh Indonesia, di Jakarta, dan bahkan hingga ke Paris telah resmi diluncurkan pada Sabtu (9/3) di Bagindo Aziz Chan Youth Center, Padang. Dalam peluncuran tersebut, topik “Suara Kritis A.A. Navis” diangkat dalam sesi gelar wicara, mengundang empat narasumber terkemuka yang mengulas beragam dimensi A.A. Navis.

 

Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO, Itje Chodidjah, membuka diskusi dengan memaparkan cerita di balik penetapan peringatan tersebut. Karya-karya A.A. Navis, dengan kepekaannya terhadap isu-isu sosial yang universal, menjadi jembatan penghubung antarbangsa, menjangkau pembaca dari segala penjuru dunia. Hal tersebut tercermin jelas dalam cerpen “Kemarau,” yang ditulisnya pada 1967, yang sudah mendahului isu perubahan iklim yang begitu hangat dibicarakan saat ini.

 

Sementara itu, Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah III, Undri, menyoroti peran A.A. Navis sebagai ‘intelektual par excellence’. Navis, melalui karya-karyanya, tidak hanya menjadi penggugah kesadaran, tetapi juga tindakan. Dengan penuh ketegasan, ia mencerahkan isu-isu terkini, baik dalam konteks lokal maupun nasional.

 

Kemudian, Sudarmoko, Dosen Departemen Sastra dan Budaya Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas, menjelajahi hubungan A.A. Navis dengan dunia sastra. Navis bukan hanya pengarang produktif, tetapi juga seorang kritikus yang konsisten. Dalam setiap tulisannya, Navis mengangkat dan memposisikan daerah dan lokalitas dengan gagah dalam konteks sastra Indonesia.

 

Tak kalah penting, Gemala Ranti, putri kelima A.A. Navis, menyumbangkan cerita tentang sosok ayahnya. Navis bukan sekadar penulis hebat, tetapi juga seorang ayah yang bijaksana. Ia menanamkan rasa percaya diri dan nilai-nilai moral yang kuat pada kedelapan anaknya, memperkaya mereka dengan harta intelektual dan moral.

 

Dengan diadakannya peringatan 100 Tahun A.A. Navis, Indonesia bukan hanya merayakan sebuah nama besar dalam dunia sastra, tetapi juga menunjukkan kepada dunia kekayaan budaya dan intelektualnya. Melalui gotong royong semua pemangku kepentingan, peringatan ini menjadi momentum untuk memperkenalkan dan memajukan Sastra Indonesia, sejalan dengan amanat UU Nomor 24 Tahun 2009 tentang politik bahasa yang mengamanatkan internasionalisasi bahasa Indonesia secara bertahap, sistematis, dan berkelanjutan.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *