Ketegangan di Kampus: Lebih dari 100 Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Ditangkap di Universitas Columbia
Ketegangan memuncak di kampus Universitas Columbia ketika lebih dari 100 pengunjuk rasa pro-Palestina ditangkap pada Rabu (17/4). Rektor Universitas, Nemat Minouche Shafik, memberikan wewenang kepada polisi New York untuk membersihkan perkemahan yang didirikan oleh mahasiswa yang menentang gempuran Israel di Jalur Gaza.
Menurut Shafik, tindakan tersebut diambil karena para pengunjuk rasa melanggar peraturan kampus dengan melakukan demonstrasi tanpa izin dan menolak berkomunikasi dengan pengelola kampus. Wali Kota New York, Eric Adams, menyatakan bahwa penangkapan dilakukan tanpa kekerasan atau cedera.
Namun, penangkapan tersebut menuai kritik dari berbagai pihak. Sejumlah mahasiswa, termasuk Isra Hirsi, Maryam Iqbal, dan Soph Dinu, dihukum karena berpartisipasi dalam perkemahan tersebut. Keputusan ini menimbulkan kecaman dari kelompok advokasi pro-Palestina dan menyoroti perdebatan tentang kebebasan berpendapat di kampus.
Peristiwa ini juga mengingatkan pada sejarah demonstrasi di Columbia, termasuk protes terhadap Perang Vietnam lebih dari 50 tahun yang lalu. Aksi protes ini menjadi bagian dari serangkaian demonstrasi yang terjadi sejak eskalasi konflik Israel-Palestina dimulai pada Oktober lalu.
Sementara itu, di Universitas Southern California, sekitar 500 demonstran berbaris untuk mendukung Asna Tabassum, seorang mahasiswa Muslim yang pidato perpisahannya dibatalkan oleh universitas karena alasan keamanan. Tabassum dan para pendukungnya menuduh universitas berusaha membungkamnya karena penolakannya terhadap serangan Israel di Jalur Gaza.
Kedua peristiwa ini menunjukkan ketegangan yang terus meningkat di kalangan mahasiswa terkait isu Palestina-Israel, serta perdebatan yang berkembang tentang kebebasan berpendapat di lingkungan kampus.